Kumpulan Puisi
Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SLTP se-Kota Bengkulu
Tanggal 17—19 Mei 2010
Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu
Pusat Bahasa
Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2010
Sekapur Sirih
Berkenalan dengan dunia sastra merupakan salah satu unsur yang dapat membentuk karakter remaja. Dunia sastra dapat menjadi gerbang menuju pengetahuan. Selain itu, keterlibatan remaja di dunia sastra juga dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap dunia sastra tersebut. Salah satu usaha untuk menumbuhkan sikap apresiatif tersebut, khususnya di kalangan siswa, adalah melalui bengkel sastra. Kegiatan itu bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal dan memahami dunia kreatif sastra, yang dalam kesempatan ini, melalui bengkel sastra: pelatihan penulisan puisi.
Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu sebagai unit pelaksana teknis Pusat Bahasa, yang bertugas menangani masalah pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di Provinsi Bengkulu, mulai tahun 2010 ini melaksanakan kegiatan Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SLTP se-Kota Bengkulu.
Instruktur pada kegiatan ini adalah dua orang seniman Bengkulu, yaitu Saudara Herman Suryadi dari Kota Bengkulu dan Emong Swandi dari Kepahiang. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 17--19 Mei 2010, pukul 08.00--16.00, diikuti oleh 31 orang siswa SMP se-Kota Bengkulu. Hasil dari kegiatan ini adalah terciptanya kumpulan puisi siswa SMP se-Kota Bengkulu ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu di sini, yang telah memungkinkan acara itu terlaksana.
Syamsurizal, S.S., M.Pd.
Ketua Pelaksana
Anakku
(Hidayatul Astar, Kantor Bahasa Bengkulu)
Ketika mentari masih berseri
Ketika bulan dan bintang masih bersenda gurau
Ketika laut masih bersahabat
Ketika bumi masih bergembira
Itulah waktumu
Itulah kehadiranmu
Itulah harapanmu
Itulah bayanganmu
Itulah ceritamu
Kejarlah
Raihlah
Warnai hidupmu dengan karya
Anakku tersayang
Ibu
(Andhyta Tamalisa, SMP N 1 Kota Bengkulu)
Ibu …
Aku sayang padamu
Ku tak ingin kau bersedih
Kau telah berkorban untukku
Aku akan membahagiakanmu
Seperti kau membahagiakanku
Wahai ibuku…
Kau telah mengandungku, memeliharaku
Membesarkan dan menyayangi aku sejak kecil
Cintamu kepadaku tiada tertandingi dengan
apapun
Di kala aku susah kau telah membantuku
Di kala aku sedih kau telah menghiburku
hingga ku tersenyum
Ibu …
Engkau tak tergantikan
Engkau adalah pahlawan bagiku
Andaikan ku besar nanti
Ku akan sepertimu
Selayaknya sebagai ibu
Bermuka Dua
(Dwi Retno Anggraeny, SMPN 1 Kota Bengkulu)
Bunuh!
Bunuh saja mereka
Biar dia berhenti mengikrarkan mimpi-mimpi hampa
Biar tangan-tangan lemah tidak berharap padanya
Cari!
Cari dia di balik topeng wajah tampannya!
Agar belatung-belatung di mulutnya tersembunyi
Kau kupu-kupu yang robek sayapnya!
Jangan kau taburkan kata-kata tak bermakna
Itu, hanya akan menambah derita
Aku mual mendengar tawamu
Mataku perih menatap senyum palsu di wajahmu
Bunuh!
Bunuh saja mereka!
Biar dia berhenti mengikrarkan mimpi-mimpi hampa
Mimpiku
(Dona Rahma Fitri E, SMPN 2 Bengkulu)
Malam hari
Ku pandangi sinar bulan
Ku pandangi kerlip bintang
Udara dingin
Memebrikan kesejukan
Aku duduk diam terpaku
Merenung nasib
Bilakah roda berputar
Ku ingin seperti mereka
Hidup bagai putri raja
Ku ingin terbang bebas
Meresakan kemolekan alam
Harapan
(Dwi Retno Anggraeny, SMPN 1 Kota Bengkulu)
Ketika embun menghilang
Terhapus kelopak-kelopak mutiara
Saat matahari menyibakkan sinarnya
Namun sayang, semua kini hilang
Cukup! Diam!
Aku ingin menggapai harapan
Meski ku tahu semua terlambat
Tapi salahkah?
Kapan?
Kapan embun itu kembali?
Kapan matahari bersinar lagi?
Aku menangis ...
Tuhan,
Bawalah aku pada harapan
Agar air mataku meneduh
Dan kembanglah senyum-senyum kemenangan
Petuah Lampu Kehidupan
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)
Siang khayangan di tubuh mentari
Menjadi tetes air di wajah luguku
Bumi cahaya kilauan
Beratmosfir ilmu lampu kehidupan
Petuah tut wuri handayani
Jimat ketulusan
Guru di kala lilin hidup
Guru di kala rembulan tidur
Petuah dari sang pita surya
Baju hidup kelamku
Mimpi menjadi nyata
Di kala jam dindingku yang berdetak
Intan
(Dwi Retno Anggraeny SMPN 1 Kota Bengkulu)
Kegelapan tiba
Musnah intan-intan cemerlang
Jauh jalan antara pintu dunia dan surga
Surganya itu telah lenyap
Sebelum aku menggapainya
Aku berlari
Ku susul intan-intanku
Akan kuuntai setelah kugenggam
Ku tiup tiap kilaunya
Sayang
Surga telah pergi jauh
Membawa intanku
Dan ku tak mampu mengejarnya
Aku berikrar
Akan ku berikan separuh hati pada intanku
Agar dibawanya
Dihidupkannya dalam indahnya surga
Dunia Sajak
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)
Pupus hilang kereta Cinderella di kebisuan langit
Surya tanpa cahaya
Cahaya tanpa gerhana
Gerhana tanpa bulan
Bulan tanpa bintang
Bintang tanpa bentuk
Bentuk tanpa rasa
Rasa tanpa hati
Jadi prajurit angin Cinderella
Termangu memandang jembatan emas berotot surya
Dengan gejolak irama titik mata setiap parah
Indahnya surgaku di atas payung mainan
Kasih Tuhan
(Dwi Retno Anggraeny, SMPN 1 Kota Bengkulu)
Terulur sebuah kasih
Di saat senja mulai menguning
Dan malam membawa rembulan
Kilauan anugrah Tuhan nan melimpah
Memekakkan telinga seorang insan
Cemerlangnya alam semesta
Membutakan mata-mata berkeliaran
Engkau menjanjikan langit, Tuhan
Engkau menjanjikan matahari
Engkau juga menjanjikan derita
Bagi mereka yang membunuh hak orang lain
Janjimu, pasti Kau tepati
Tapi mengapa masih banya orang yang gersang hatinya
Hampa di kelopak matanya
Tuhan,
Aku harus mengejarmu
Kami berjanji mengindahkan rahmat-Mu
Demi Engkau Tuhanku
Pengemis
(Dona Rahma Fitri E., SMPN 2 Kota Bengkulu)
Hidup bagai sepatu tua
Lama tidak dipakai
Ironi
Malam kedinginan
Hidup sendiri di gubuk tua
Setiap hari pergi ke keramaian
Bukan untuk berwisata atau berbelanja
Tapi hanya untuk mencari rasa iba seseorang
Marah
(Andhyta Tamalisya, SMPN 1 Kota Bengkulu)
Sedikit api kecil yang membara di hati
Ku tak tahu mengapa semua ini terjadi
Kesedihan dan kemarahan yang muncul
Berdegup kencang jantungku
Rasanya hal itu perih
Kesetiaan dikhianati
Dulunya kebaikan menjadi kebencian
Segalanya telah ku lakukan
Tapi semua sia-sia
Benci, kesal, marah, bergejolak dalam jiwaku
Ingin kulampiaskan semua
Semua rasa yang ada, berkecamuk dalam jiwa
Tuhan ...
Semakin kutahan amarah ini
Semakin sakit rasa yang ada
Ah ...
Perih rasanya, ingin kubuang marah ini
Tapi ...
Tuhan ...
Tolonglah aku
Tuk kuat hadapi semua ini
Cinta Berhias Surya
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)
Dalam lubang suci
Ku jatuhkan cinta mentari pagi
Kapas tanda keluguan
Lambang cinta yang bertembok sulap
Cintaku bukan sembarang
Mulut busuk tercium harum Zahra
Tapi cinta pada sang wanita berhias surya
Bagai cintaku pada dewa alam
Puasa
(Andhyta Talamlisya, SMPN 1 Kota Bengkulu)
Puasa ...
Bulan untuk melatih jiwa
Rendah hati pada sesama
Menjauhi sombong dan merasa diri paling mulia
Kekang nafsu dengan puasa
Disiplin diri jalani aturan-Nya
Bersujud hanya pada-Nya
Iman kita dicoba
Tiada pernah penyerah
Saat godaan datang melanda
Teguh berharap rahmat Allah Yang Esa
Allah Yang Maha Kuasa
Allah maha mengetahui
Tak seorang pun dapat sembunyi
Penglihatan-Nya tak tertabiri
Pengetahuan-Nya tak tertandingi
Ku mohon rahmat-Mu ya Allah
Ku mohon ampunan-Mu ya Allah
Tenteramkan hatiku, damaikan ya Allah
Tetap berada di jalan-Mu sampai akhir hayatku
Ibuku
(Hendias Juniansyah, SMP N 2 Kota Bengkulu)
Engkau yang membimbing kami
Menjaga kami …
Mengasuh kami …
Dari kecil hingga dewasa
Kasih sayangmu …
Tak kan kami lupakan
Maka, jangan sekali-kali
Kita melawan kepada ibu kita
Apabila itu terjadi, kita mendapat
Dosa yang sangat besar
Dan ingat, surga di bawah
Telapak kaki ibu …
Pahlawan
(Andhyta Tamalisya, SMPN 1 Kota Bengkulu)
Dalam termenungku
Teringat besarnya pengorbananmu
Tetes demi tetes darah yang mengalir
Kau terus maju, maju ...
Berjuang demi negeri ini
Tak sedikit pun rasa takut
Kau terus berjuang
Tak kau biarkan mereka menjajah negeri ini
Tiada lelah, tiada putus asa
Pahlawanku ...
Kau semangatku
Kau panutanku
Tak kan ku lupa perjuanganmu
Begitu besar jasamu
Bagi negeri ini, bagi kita semua
Sastrawan
(Hendias Juniansyah, SMP N 2 Kota Bengkulu)
Bagiku …
Engkau yang terhebat
Dan di mata
Semua orang
Karya-karyamu itu
Membuatku sangat terkesan
Di waktu kau membaca
Puisimu …
Merinding aku mendengarnya
Bulu romaku
Berdiri tegak
Bakatmu itu
Akan ku ingat selalu
Alunan Hati
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)
Nyanyian putri langit
Membawa hatiku ke alam keteduhan
Terngiang di pusat rindu
Terngiang di pusat takut
Peluh …
Sunyi …
Secarik surat putri langit pun
Dapat kubaca dalam kesejukan alunan
Gitar sang putri kudengar
Air mata mentari jatuh
Kini sejuk
Rindu terhapus dengan salam sang putri langit
Matahari
(Cyndy Claudia Ningsih, SMP N 3 Kota Bengkulu)
Matahari …
Engkau muncul di pagi hari
Warnamu kuning menyilau
Engkau selalu menyinari bumi
Engkau selalu menghangatkan tubuhku
Oh matahari …
Jika kau tiada
Bumi ini kan gulita
Makhluk di bumi kan binasa
Matahari …
Kau sangat berharga bagi kami
Kau laksana teman
Dalam hidupku
Di bumi ini
Oh Tuhan …
Terima kasih atas ciptaan-Mu
Pantai Nan Elok
(Maya Rachma Pertiwi, SMP N 4 Kota Bengkulu)
Laut terbentang
Ombak bergemuruh
Biru pertanda dalamnya
Angin tebarkan butiran pasir
Awan putih selimut langit
Daun gugur tinggalkan tangkainya
Batuan yang diam membisu
Burung kembali ke sangkar
Tak ingin beranjak
Walau kaki telah melangkah
Kenangan indah selalu ada
Bocah Licik
(Maya Rachma Pertiwi, SMPN 4 Kota Bengkulu)
Sang surya menyonsong ke arah timur
Langkah kaki beraksi
Sang bocah menyiapkan misi
Desiran hati berduri
Keramaian tempatnya
Lengkukan tangan nakal ke kepit-kepit manusia
Berharap mata tak melirik jemarinya
Keringat menyucur
Degupan berdesah
Ketakutan merintis
Gumpalan haram di tangan
Dosa berlimpah
Jejak hilang
Suara guram
Di mana dia?
Ingatkah kuasamu
Indonesia
(Indah Dewi Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)
Indonesia …
Hutanmu begitu kaya
Membuatmu jadi paru-paru dunia
Lautmu nan luas
Kaya kehidupan
Alam yang sejuk
Menjadikan kau wisata dunia
Tapi kini …
Alam Indonesia hampir musnah
Wahai manusia, rawatlah Indonesia
Tanamlah sejuta pohon Indonesia
Belas Kasihan
(Maya Rahma Pertiwi, SMPN 4 Kota Bengkulu)
Manusia tak berdaya
Menjulurkan tangan
Membelas kasihan
Meminta pertolongan
Lilitan kain kumuh di tubuhnya
Kulit mengerut
Wajah pasi
Seretan karung putih
Melewati gedung tinggi
Berjalan di garis putih
Berjalan di garis putih
Matahari menusuk ubun
Cepakan kejam hanya bisa terdiam
Sampah, katanya
Jeritan yang hanya terdengar binatang kecil
Hanya diam membisu
Tergeletak di tumpukan tanah kering
Hanya kumbang menyambangi
Kejam …
Melirik seakan bayangan putih yang tak tampak
depannya
Situ Gintung
(Indah Dewa Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)
Situ Gintung
Tempat nan indah
Pepohonan hijau sejuk
Nelayan mencari nafkah
Situ Gintung
Jadi wisata kini tiada
Tangan nakal
Hancurkan semua
Tuhan murka
Manusia sengsara
Tsunami
(Indah Dewa Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)
Di pagi sunyi kau datang
Dengan mentari yang tersenyum
Di balut kemarahan
Kau buat semua bersedih
Kau hempas dirimu
Kau hancurkan semua yang menghadang
Bahkan kau renggut semua orang
Betapa marahnya engkau
Kau tenggelamkan semua
Apakah ini kuasamu Tuhan?
Kau berikan cobaan dahsyat
Mungkin kau ingin sadarkan kami
Terima kasih Tuhan
Atas cobaan-Mu
yang tlah menyadarkan kami
Alam Indonesia
(Indah Dewa Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)
Indonesia …
Alammu yang sejuk
Jadikan kau wisata dunia
Pantaimu nan indah
Membuat dunia terpesona
Lautmu nan kaya kehidupan
Tempat nelayan mencari nafkah
Oh, Indonesia
Alam mu nan indah dan sejuk
Kini hampir musnah
Kehidupan di dunia hampir musnah
Oh manusia, rawatlah Indonesia
Jangan biarkan dunia musnah
Melodi Cinta Kita
(Yessy Mayang Sari, SMP Sint Carolus)
Kutulis sebuah syair cinta
Bertemakan kisah kita …
Kulantunkan dengan alunan kasih sayang …
Kuiringi dengan melodi cinta ketulusan …
Kutambahkan 4 butir interlude ntuk hiasinya …
Kunyanyikan dengan tempo dan irama cinta yang tepat
Walau kadang terdengar baling
Tetap kucoba tutupi kekurangan cinta itu
Hati ini berdebar …!
Mendengar nada-nada cinta yang kau lantunkan
Ku ubah syair cinta kita,
Menjadi susunan not balok
Agar alunan cinta ini terukir abadi
Hingga kuakhiri dengan nada yang bahagia
Idolaku
(Yessy Mayang Sari, SMP Sint Carolus)
Gayamu yang keren
Tingkahmu yang unik
Suaramu yang khas
Membuat raga ini jatuh hati padamu
Petikan gitar yang kau mainkan
Nada-nada yang kau lantunkan
Terdengar begitu merdu
Memberi ketenangan bagi yang mendengar
Hai, idolaku
Kapankah kita bisa bertemu?
Janjiku padamu
Kan ku teruskan perjuanganmu
Tirai Kehidupan
(Brigita Sekar Laras, SMP Sint Carolus)
Kucari jawaban dalam misteri
Bak membuka tabir rahasia
Di balik tirai kehidupan ini
Ketika kuraih jawaban pasti
Serasa beribu gejolak ku dapati
Senja dan malam tak tahan menanti
Bintang berebut tempat dengan mentari
Segala lautan waktu ku arungi
Ombak ganas ku lompati
Butir kesedihan menghampiri
Biarlah hari silih berganti
Sampailah aku pada pantai penantian
Degup jantung terasa panas
Kubiarkan tirai terbuka
Tanda jawab rahasia telah tiada
Kubiarkan dia duduk manis di singgasana
Nikmat Kehidupan
(Soni Kurniawan, SMP IT Iqra Kota Bengkulu)
Sinar matahari menyilaukan
Terasa rumput penuh embun
Terdengar kicauan burung di angkasa
Sambil menghirup udara penuh nikmat
Pucuk cemara bergerak mengalun
Tumbuhan menari sambil menyanyi
Terdengar suara dendang
Sekan alam bagaikan syurga
Semilir angin kurasakan
Tanda kehidupan kudengarkan
Kicauan burung menandakannya
Nikmatnya alam yang diciptakan
Mimpiku
(Brigita Sekar Laras, SMP Sint Carolus)
Mimpi itu selalu temani perputaran roda kehidupan
Memecah gemerlap malam
Lalu aku terbangun dari gelap masa silam
Wujudkan segunung impian
Akan kutorehkan kepada setiap makhluk
Agar mereka tahu betapa gigihnya aku
Tak kan pernah lelah
Biar harus menerjang badai
Aku kan trus arungi lautan realita
Agar mimpiku jadi jadi nyata
Detak jarum jam terus bergulir
Iringi mimpiku yang mengalir
Perlahan namun pasti
Mimpi itu akan kupegang erat
Dan tak kan ku lepas lagi
Ku kan datang menanggapi mimpi itu
Tembok Tua
(Anastasia Novi P., SMP Sint Carolus)
Tembok tua tak berjiwa
Terukir kisah manusia lama
yang lenyap di lorong realita
Tembok tua berbalut lumut
Merajut senyum terkubur cemberut
di atas atap berlapis kabut
Tembok tua selalu tertegun
Beribu tahun
tak berusaha bangun
Tembok tua yang kelam
Dituntut jaman untuk diam
Perlahan …
Kisahmu …
Tenggelam …
Taburan Bintang Langit
(Syifa Alfa Rahma, SMPN 3 Bengkulu)
Saat Sang Surya
mulai tenggelam di laut
Bulan datang bersama bintang
Bintang berkerlap-kerlip
mengikutiku berlari
Kau temaniku saat malam gelap
Berbinar-binar seperti permata
Warnamu terang
bagaikan lampu yang menyinari bumi
Muka Penuh Dusta
(Anastasia Novi P., SMP Sint Carolus)
Mukamu bagai penuh dusta
Tawamu sangat menjijikkan
Ingin ku maki dirimu di hadap alam semesta
Kami muak dengan omong kasongmu
Kami muak dengan muka dustamu
Ingin ku cabik bibir tebal bau tembakau
itu …
Hey kau koruptor kotor
Berhentilah menjadi ekon
Berhentilah gerogoti harta bangsa kami
Buang janji dustamu
Berhenti buat kami bergantung
Pada semua dusta omong kosongmu
Jangan jadi belatung penggerogot bangkai
Aku bukan bangkai, tapi kau menjadikan ku seperti
bangkai …
Berhenti berdusta …
Berhenti kau berdosa …
Sunyi Sepi
(Venny, SMPN 6 Kota Bengkulu)
Saat diriku berdiam
Suara alunan syair yang indah
Mendengar syair yang dinyanyikan
Mendengarnya aku merasa tenang
Kata-kata yang tulus
alunan melodi yang merdu
ku merasakan kebahagiaan
suara itu rasa teringat sahabatku
Tanda Kiamat
(Annisa Biancika Jasmine, SMP N 1 Kota Bengkulu)
Tak sadarkah engkau?
Jika kiamat telah mengejar
Kiamat berlari mendekat
Kau masih terseok-seok
Para pemuka agama di dunia akan mati
Para koruptor meraja lela
Orang-orang sesat menyebar luas
Dan hujan air mata mulai membanjiri
Kita masih jalan merangkak
Dimana kulit bumi mulai terkelupas
Benda langit berjatuhan
Laut marah dan murka
Alam tak lagi bersama kita
Ooohh …
Dimana lagi kita bersembunyi
Jika Tuhan telah murka
Wahai manusia
Sadar! Sadarlah!
Jika Tuhan telah murka
Kau layaknya debu tak berguna
Rembulan Kelabu
(Syifa Alfa Rahma, SMPN 3 Bengkulu)
Rintik hujan di malam kelabu
Temani sang bulan tanpa hadir bintang
Hanya suara gemerincing lonceng
Temaniku ...
Langkah lelah layu
Melangkah tiada arti
Penat hati tiada tara
Temani lamun di malam sepi
Detik berlalu tanpa temu bintang
Karena hilang tertutup awan
Hati terasa terbang melayang
Hilang dibelah kesunyian
Anak Punk
(Dwi Chika Murni Ananda P., SMP N 3 Kota Bengkulu)
Panas …
Hujan …
Peluh …
Penat …
Segudang harapan ada pada pikirannya
Cita-cita serta harapan tergantung di pundaknya
Tanpa membebani orang tuanya
Anak punk orang menyebutnya
Mereka tak hiraukan hasap, debu, lapar, serta panasnya jalanan
Yang mereka mau kebebasan, BEBAS
Cita-citamu pasti ada
Sampai kapan kau simpan?
Tumbuhan Hijau
(Zefrizon, SMPN 18 Kota Bengkulu)
Indah
Bersinar
Memerlukan makanan
Tumbuhan disinari matahari
Diselimuti embun hasil transpirasi
Di pagi hari yang cerah
Tumbuhan hijau
Bergoyang-goyang
Sambil tersenyum manis
Di tumbuhan hijau
Klorofil mengeliat hijau dedaunan
Hasil berfotosintesis
Jagalah hijauku
Karena ekosistem berlaku sebagai produsen
Berlaku sebagai penghasil
Hijau alamku, berseri, lestari
Mari teman semua ... reboisasikan tumbuhan hijau
Tuhan
(Fasuita Ferel R, SMPN 19 Kota Bengkulu)
Esa. Itu sifat-Mu
Pencipta semua yang ada di muka bumi
Tak ada dunia
Tak ada kehidupan
Tanpa kehendak-Mu
Kun Fayakun
Cukup kata itu yang Kau ucapkan
Maka terjadilah segala hal yang Kau inginkan
Aku sadar
Aku sering melupakan-Mu
Tapi tolong ya Tuhan kami
Berikan kesempatan bagiku
Untuk berubah menjadi
Umat yang lebih baik
Bunda
(Ranthi Nov Pratiwi, SMPN 18 Kota Bengkulu)
Bunda,
Engkau cantik bagai bulan purnama
Engkau lembut selembut sutra
Engkau mulia bagai intan permata
Bunda,
Walau perkataanmu menusuk hati
Aku tahu itu amat berarti
Untuk masa depanku
Tanpamu ...
Aku takkan bisa menjadi seperti ini
Walau bukan hanya ini yang kau impikan
Tapi, kucoba untuk wujudkannya
Terima kasih bundaku
Darimu aku lahir
Darimu aku belajar untuk jadi yang terbaik
No comments:
Post a Comment