Monday, April 30, 2012

Bahasa indonesia


A. Pendahuluan
Dewasa ini kedudukan bahasa Indonesia semakin terjepit. Kita sering mendengar orang berdalih bahwa berbahasa itu yang terpenting lawan berbicara dapat memahami informasi yang kita sampaikan, dan tidak harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana yang diatur dalam bahasa Indonesia. Pretensi itu berkembang menjadi sebuah aksioma di tengah masyarakat. Dampaknya, bahasa Indonesia menjadi terabaikan.
Sepanjang sejarah bahasa Indonesia selalu mengalami perkembangan. Dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak menampik kenyataan terhadap masuknya bahasa lain. Justru bahasa-bahasa yang masuk itu dapat memperkaya bahasa Indonesia terutama dari segi perbendaharaan kata (Badudu, 2006:7). Sungguhpun bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa lain, tetapi tidak sampai pada struktur bahasa secara keseluruhan. Karena itu, bahasa Indonesia tetap dapat menunjukkan jati dirinya.
Kenyataan memang tidak dapat dipungkiri. Kendati telah ditetapkan aturan baku tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi aturan tersebut masih diingkari oleh sebagian masyarakat kita. Bahkan, gejala merendahkan bahasa sendiri semakin nyata. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku berbahasa masyarakat kita dewasa ini.
Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan (Warsiman, 2006:42-43). Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa dihindari. Akibatnya proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga akan terjadi. Bagaimana masyarakat kita dengan segala hasil budidayanya, termasuk bahasa Indonesia. Cita-cita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bagian dari bahasa dunia tidak cukup dengan meneriakkan heroic, tetapi perlu sikap nyata.
Tulisan ini akan mengupas tentang perjalanan bahasa Indonesia dalam rekaman sisi pengajaran pada masa dahulu, kini, dan yang akan datang. Selain itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk mengingatkan kepada kita terhadap pentingnya bahasa Indonesia kita pergunakan dengan baik dan benar. Sepanjang kita berada di wilayah negara Indonesia, merupakan suatu keniscayaan untuk tetap mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah.
B. Sejarah Singkat Bahasa Indonesia
Sejak ditetapkan sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Lebih-lebih setelah pemerintah secara resmi mengangkatnya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, pemakaian bahasa Indonesia menjadi lebih luas. Bahkan, hampir semua bidang kehidupan di negeri ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar perhubungan.
Sebagai alat komunikasi dan interaksi, bahasa Indonesia tidak mungkin menghindari kontak dengan bahasa-bahasa lain, termasuk dengan bahasa daerah. Sebagaimana kita ketahui, bahasa daerah yang ada di negeri kita ribuan jumlahnya. Demikian pula masuknya bahasa asing sebagai konsekuensi perkembangan global, tidak mungkin kita hindari. Justru bahasa daerah dan bahasa asing tersebut dapat memperkaya bahasa Indonesia terutama dari segi perbendaharaan kata (Badudu, 1979:7, dalam Warsiman, 2007:1-2).
Sumpah pemuda 28 Oktober 1928, merupakan awal dari ketetapan bahasa Melayu secara de facto diangkat sebagai bahasa nasional. Pengangkatan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional didasarkan atas: 1) bahasa Melayu sudah lama menjadi lingua franca di kepulauan Nusantara; 2) bahasa Melayu memiliki sistem yang sederhana; 3) bahasa Melayu mempunyai potensi untuk dikembangkan; dan 4) suku-suku lain di Indonesia dengan suka rela bersedia menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional (Mustakim, 1994:12).
Kesepakatan menerima bahasa Melayu (bahasa Indonesia) menjadi bahasa nasional secara resmi (de yure) tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Dalam pasal itu selengkapnya berbunyi, “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Sungguhpun bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa nasional, pemerintah tetap memelihara keberadaan bahasa-bahasa daerah sebagai bagian kekayaan budaya nasional.
Konsekuensi dari ketetapan itu, kedudukan bahasa Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, pelestarian, pembinaan dan pengembangannya menjadi kewajiban bagi setiap warga negara yang merasa dirinya sebagai bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaannya secara baik dan benar.
Untuk mengakomodasi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, khususnya sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern, pemerintah telah berupaya mengembangkan melalui lembaga-lembaga pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Berdasarkan catatan sejarah sejak, pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno membentuk dua belas kementerian, dan salah satu di antara lembaga kementerian itu adalah kementerian Pengajaran. Di bawah kementerian inilah pengajaran formal di sekolah-sekolah diselenggarakan (Rusyana, 1984:79).
Sebagai ketetapan mutlak dari pengejawantahan komitmen tersebut, bahasa Indonesia harus dipakai sebagai pengantar di setiap jenjang pendidikan yang diselenggarakan di seluruh tanah air. Sekalipun demikian, kedudukan bahasa daerah tetap berperan penting sebagai bahasa pengantar pada kelas-kelas awal, mengingat tidak semua anak negeri ini terlahir dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
Upaya pembinanaan dan pengembangan bahasa Indonesia terus dilakukan. Sejak tahun 1938 hingga dewasa ini setidaknya telah delapan kali kongres bahasa diselenggarakan. Kebijaksanaan pembakuan bahasa, pedoman peristilahan, pedoman penyerapan dan sebagainya, terus dilakukan agar bahasa Indonesia mencapai kesempurnaan, dan dapat menunjukkan jati dirinya.
C. Bahasa Indonesia Dahulu
Setelah kementerian pengajaran berdiri, penetapan kebijaksanaan bidang pengajaran mulai dijalankan. Tugas kementerian pengajaran tersebut di antaranya adalah menyusun rencana-rencana pengajaran. Salah satu bagian dari rencana pengajaran itu adalah rencana pengajaran bahasa Indonesia, mengingat Bahasa Indonesia pada waktu itu memiliki kedudukan amat penting sebagai identitas negara yang baru saja meraih kemerdekaan.
Kementerian pengajaran pada tahun 1946 secara resmi mengeluarkan rencana pelajaran. Rencana pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar misalnya, kementerian menetapkan alokasi jumlah jam terbesar di antara sebelas matapelajaran yang lain. Pada waktu itu model pelajaran di sekolah dasar masih menggunakan dua daftar jam pelajaran yang terbagi atas: sekolah dasar dengan satu bahasa dan sekolah dasar dengan dua bahasa. Sekolah dasar dengan satu bahasa yang dimaksud adalah sekolah tersebut hanya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, sedangkan sekolah dasar dengan dua bahasa, selain menggunakan bahasa Indonesia, sekolah tersebut juga menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar terutama pada kelas-kelas permulaan (Rusyana, 1984:80). Hal ini sesuai dengan kerangka kurikulum sekolah dasar 1968 yang mengamanatkan pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dari kelas I sampai dengan kelas VI, dan atau digunakan sebagai bahasa pengantar dari kelas IV sampai dengan kelas VI. Dasar dari dua kerangka ini tertuang dalam UU tentang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 tahun 1950.
Berdasarkan ketetapan Undang-Undang tersebut, pengajaran Bahasa Indonesia dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas I sampai dengan kelas VI, sedangkan kelompok kedua diajarkan sejak kelas III sampai dengan kelas VI. Dengan demikian, jika dihitung akan terdapat perbedaan jumlah jam pelajaran sebesar 340 jam pada kelompok pertama yang mengajarkan Bahasa Indonesia selama enam tahun dibandingkan dengan kelompok kedua yang hanya empat tahun. Dalam Kurikulum 1968 pelajaran Bahasa Indonesia mendapatkan alokasi jam pelajaran sebesar 1.680, dan alokasi jam pelajaran ini akan semakin banyak lagi dalam kurikulum tahun 1975, sehingga bidang studi Bahasa Indonesia menduduki jumlah jam pelajaran terbesar, yaitu delapan jam pelajaran pada setiap minggu dibandingkan dengan pelajaran yang lain yakni, antara dua sampai enam jam pelajaran (lihat Rusyana, 1984:80).
Selanjutnya, dalam amanat Undang-Undang itu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia adalah untuk menanamkan, memupuk dan mengembangkan: (1) perasaan dan kesadaran nasional; (2) kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan tulisan; (3) kecakapan berpikir dinamis, rasional dan praktis dalam bahasa Indonesia; dan (4) kemampuan memahami, mengungkapkan dan menikmati keindahan bahasa Indonesia yang sederhana baik lisan maupun tulisan (PPK, 1968:97, dalam Rusyana, 1984:82).
Bertolak dari tujuan tersebut upaya penyelenggaraan pengajaran Bahasa Indonesia dilakukan melalui prosedur pengembangan sistem intruksional, dengan rumusan tujuan sebagai berikut:1) tingkah laku murid. Bentuk tingkah laku yang dimaksud, pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat membentuk sikap, perilaku dan kemampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia; 2) Penetapan materi pelajaran. Penetapan materi pelajaran yang dimaksud, materi tersebut disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan anak; 3) Perencanaan kegiatan belajar mengajar. Perencanaan kegiatan belajar mengajar yang dimaksud adalah penyiapan dengan sebaik-baiknya segala hal ikhwal berkaitan dengan proses pembelajaran, karena proses pembelajaran yang disiapkan dengan matang dapat menciptakan minat yang tinggi terhadap siswa untuk belajar bahasa; 4) Penetapan alat praga. Jika perlu guru dapat menciptakan alat praga sebagai sarana untuk memudahkan anak menerima materi pelajaran, dan 5) penetapan alat evaluasi. Maksudnya, guru menyiapkan seperangkat alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan anak setelah menerima materi pelajaran (cf. Depdikbud, 1976:15-16).
D. Bahasa Indonesia Kini
Sistem pendidikan di Indonesia sampai saat ini dianggap masih belum stabil. Setiap pergantian pejabat selalu menimbulkan masalah tersendiri. Jika ditengok perjalanan kurikulum pendidikan kita, selalu saja berganti-ganti. Yang terkini adalah diubahnya kurikulum berbasis kompetensi menjadi kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP), meskipun dengan dalih sebagai pengembangan kurikulum sebelumnya.
Banyak praktisi pendidikan yang bingung terhadap kebijaksaan tersebut. Yang lebih memperihatinkan, sering sebelum kebijaksanaan itu tersosialisasi dengan baik di tingkat bawah, telah muncul kebijaksanaan baru. Akibatnya para guru banyak yang putus asa, karena apa yang dilakukan selama ini, sebelum sampai pada tujuan yang ingin dituju, terpaksa harus berbalik arah.
Imbas dari kebijaksanaan itu dirasakan pula oleh guru-guru Bahasa Indonesia. Banyak guru Bahasa Indonesia yang turut kebingungan mengikuti arah kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut, sehingga banyak pula diantara mereka yang akhirnya kembali mengajar dengan menggunakan pola lama.
Dengan ditetapkannya kebijaksanaan tentang ujian akhir nasional (UAN) oleh pemerintah, di sisi lain merupakan harapan baru bagi perkembangan Bahasa Indonesia. Dengan ketetapan itu mau tidak mau Bahasa Indonesia akan mendapatkan apresiasi yang besar di masyarakat, tetapi di lain pihak menjadi beban tersendiri bagi guru Bahasa Indonesia, karena mereka harus bekerja ekstra memenuhi dua tuntutan sekaligus. Di sisi lain ia harus pengajar memenuhi tuntutan kurikulum, dan di lain pihak ia harus mempersiapkan ujian akhir nasional.
Banyak terdengar suatu lembaga pendidikan menetapkan sebuah kebijaksanaan yang melaggar ketetapan kurikulum. Misalnya, lembaga pendidikan yang hanya mengajarkan tiga bidang studi kepada siswa-siswanya pada tahun terakhir menjelang diselenggarakannya ujian akhir nasional, sedangkan matapelajaran lain diabaikan. Yang lebih parah lagi ada sekolah yang hanya mengadakan driil soal-soal UAN dari ketiga bidang studi yang akan diujikan tersebut, pada lima atau enam bulan menjelang diselenggarakannya UAN.
Pelajaran Bahasa Indonesia juga tidak luput dari kebijaksanaan itu. Banyak guru Bahasa Indonesia harus ikut-ikutan melakukan praktik tersebut agar mereka tidak disebut gagal dalam mengajar. Sebagaimana persepsi sebagian besar masyarakat, bahwa keberhasilan guru terletak pada keberhasilannya membawa anak mencapai nilai tertinggi, atau lulus pada ujian akhir nasional.
E. Bahasa Indonesia Akan Datang
Kendati pelajaran Bahasa Indonsia masuk dalam materi ujian akhir nasional (UAN), tetapi kenyataan ini tidak seperti yang kita harapan. Dalam UAN itu materi Bahasa Indonesia banyak berbicara tentang kebahasaan, dan belum sampai berbicara tentang terampil berbahasa. Padahal, dalam amanat kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengajarkan anak agar trampil/mahir berbahasa, dan bukan sekedar mengajarkan anak menguasai tentang bahasa. Penguasaan tentang bahasa seharusnya dijadikan sebagai jembatan menuju anak terampil/mahir berbahasa.
Amanat kurikulum, pengajaran Bahasa Indonesia seharusnya diajarkan dalam tataran apektif dan psikomotorik, dan bukan hanya sekedar tataran kognitif. Karena itu, meskipun bahasa Indonesia masuk dalam ujian akhir nasional, tetapi hendaknya harus tetap memperhatikan kedua ranah itu sebagai indikator keberhasilan belajar berbahasa.
Diakui banyak guru kesulitan membuat alat ukur dari kedua ranah itu. Lebih-lebih jika kedua ranah itu harus dimasukkan ke dalam materi ujian akhir nasional. Namun, dapat dimaklumkan bila penetapan kelulusan tidak diputuskan sepenuhnya oleh pemerintah pusat, mengingat perkembangan sikap dan perilaku anak (apektif dan psikomotor), yang dianggap sulit dibuatkan alat ukurnya itu, tidak mungkin dapat diwakili oleh kemampuan kognitif saja yang dijadikan sebagai ukuran kelulusan oleh pemerintah. Selain itu, fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing sekolah maupun menurut wilayah penyelenggaraan juga berbeda-beda. Anak yang berada di wilayah Irian Jaya misalnya, tentu akan berbeda dengan anak yang berada di Jakarta atau di kota-kota besar lain yang nota bene memiliki fasilitas yang cukup dan serba mudah di jangkau. Hal-hal yang demikian ini perlu mendapat apresiasi dari para pengambil kebijakan.
Menurut pendapat penulis, penetapan kelulusan hendaknya melibatkan sekolah, karena perkembangan anak, baik segi apektif, psikomotor, lebih-lebih segi kognitif dari tahun ke tahun, bulan ke bulan bahkan, dari hari ke hari hanya sekolah yang dapat merekamnya.
Ke depan pelajaran Bahasa Indonesia selain mengujikan perihal kemampuan kognitif, hendaknya juga harus mengujikan kemampuan apektif dan psikomotorik anak, dan UAN boleh saja tetap diadakan untuk sekedar mengukur kemampuan kognitif, tetapi kemampuan apektif dan psikomotorik juga harus tetap diukur agar tercapai keseimbangan penilaian, dan itu adalah tugas sekolah secara langsung yang nota bene mengetahui perkembangan anak seutuhnya. Untuk hal ini kewenangan penetapan kelulusan seharusnya tidak dipegang oleh pemerintah pusat semata.
Selanjutnya, hal penting lainya yang perlu mendapat perhatian pemerintah adalah kewenangan guru mengajar. Tidak dapat dimungkiri bahwa selama ini banyak guru yang tidak memiliki keahlian bidang Bahasa Indonesia, tetapi mereka mengajarkan Bahasa Indonesia. Akibatnya, pelajaran Bahasa Indonesia tidak saja membosankan tetapi lebih parah lagi anak merasa benci dengan beban materi hapalan tentang kebahasaan yang diberikan oleh guru mereka.
Diharapkan ke depan pelajaran Bahasa Indonesia benar-benar diajarkan menurut amanat kuriklum, yakni menekankan pada keterampilan/kemahiran berbahasa anak, dan bukan hanyamonoton pada materi tentang kebahasaan yang membosankan itu. Demikian pula guru yang dipercaya mengajarkan matapelajaran Bahasa Indonesia hendaknya adalah guru yang benar-benar memiliki kompetensi dalam bidang tersebut, bukan guru yang dicomot untuk sekedar mengisi kekosongan tenaga pengajar. Kalau itu yang terjadi, Bahasa Indonesia akan berkembang dengan baik di tengah pemakainya.
F. Penutup
Kecenderungan mengunggulkan identitas asing akhir-akhir ini telah menjadi-jadi, tidak terkecuali bahasa. Hampir setiap gedung-gedung megah di Indonesia, terpampang tulisan-tulisan asing sebagai lambang kemodernan, sedangkan pemakai bahasa Indonesia dianggap kampungan dan telah ketinggalan zaman. Sikap yang demikian ini tentu akan melunturkan citra dan identitas bangsa.
Sebagai bahasa nasional dan juga sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia wajib digunakan dalam segala kegiatan resmi kenegaraan. Demikian pula di semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar. Kebijaksanaan itu dimaksudkan agar bahasa Indonesia dapat berkembang secara wajar di tengah masyarakat pemakainya. Selain itu, upaya tersebut diharapkan pula dapat menjadi perekat persatuan suku yang ribuan jumlahnya ini menjadi satu bangsa yang besar yakni, bangsa Indonesia.
Dewasa ini apresiasi terhadap Bahasa Indonesia kembali mendapat angin segar. Setidaknya setelah pemerintah menetapkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu dari ketiga matapelajaran yang masuk dalam ujian akhir nasional (UAN). Namun, banyak disayangkan bahwa kebijaksanaan tersebut belum mencerminkan harapan dan amanat kurikulum. Dalam amanat kurikulum, pengajaran bahasa Indonesia diharapkan anak kelak dapat terampil/mahir berbahasa, dan bukan sekedar memahami tentang kebahasaan. Karena itu, kemampuan apektif dan psikomotor juga perlu dinilai. Untuk menilai kedua ranah itu diperlukan keterlibatan sekolah yang nota bene mengetahui perkembangan segi apektif, psikomotor, lebih-lebih segi kognitif, sehingga otoritas penetapan kelulusan yang hanya dipegang pemerintah pusat perlu ditinjau kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1979. Membina bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima
Depdikbud. 1975. Kurikulum Sekolah Dasar 1975: Buku I Ketetapan-Ketetapan Pokok. Jakarta: Balai Pustaka.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
Warsiman. 2007. Kaidah bahasa Indonesia yang Benar: untuk Penulisan Karya Ilmiah(Laporan-Skripsi-Tesis-Desertasi). Bandung: Dewa Ruchi.

Tuesday, April 24, 2012

Kumpulan Puisi Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SLTP se-Kota Bengkulu Tanggal 17—19 Mei 2010


Kumpulan Puisi
Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SLTP se-Kota Bengkulu
Tanggal 17—19 Mei 2010
































Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu
Pusat Bahasa
Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2010



Sekapur Sirih


Berkenalan dengan dunia sastra merupakan salah satu unsur yang dapat membentuk karakter remaja. Dunia sastra dapat menjadi gerbang menuju pengetahuan. Selain itu, keterlibatan remaja di dunia sastra juga dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap dunia sastra tersebut. Salah satu usaha untuk menumbuhkan sikap apresiatif tersebut, khususnya di kalangan siswa, adalah melalui bengkel sastra. Kegiatan itu bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal dan memahami dunia kreatif sastra, yang dalam kesempatan ini, melalui bengkel sastra: pelatihan penulisan puisi.
            Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu sebagai unit pelaksana teknis Pusat Bahasa, yang bertugas menangani masalah pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di Provinsi Bengkulu, mulai tahun 2010 ini melaksanakan kegiatan Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SLTP se-Kota Bengkulu.
Instruktur pada kegiatan ini adalah dua orang seniman Bengkulu, yaitu Saudara Herman Suryadi dari Kota Bengkulu dan Emong Swandi dari Kepahiang. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 17--19 Mei 2010, pukul 08.00--16.00, diikuti oleh 31 orang siswa SMP se-Kota Bengkulu. Hasil dari kegiatan ini adalah terciptanya kumpulan puisi siswa SMP se-Kota Bengkulu ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu di sini, yang telah memungkinkan acara itu terlaksana.



Syamsurizal, S.S., M.Pd.
         Ketua Pelaksana


















Anakku
(Hidayatul Astar, Kantor Bahasa Bengkulu)


Ketika mentari masih berseri
Ketika bulan dan bintang masih bersenda gurau
Ketika laut masih bersahabat
Ketika bumi masih bergembira

Itulah waktumu
Itulah kehadiranmu
Itulah harapanmu
Itulah bayanganmu
Itulah ceritamu
Kejarlah
Raihlah

Warnai hidupmu dengan karya
Anakku tersayang


Ibu
(Andhyta Tamalisa, SMP N 1 Kota Bengkulu)

Ibu …
Aku sayang padamu
Ku tak ingin kau bersedih
Kau telah berkorban untukku
Aku akan membahagiakanmu
Seperti kau membahagiakanku

                                                Wahai ibuku…
                                                Kau telah mengandungku, memeliharaku
                                                Membesarkan dan menyayangi aku sejak kecil
                                                Cintamu kepadaku tiada tertandingi dengan
                                                apapun
                                                Di kala aku susah kau telah membantuku
                                                Di kala aku sedih kau telah menghiburku
                                                hingga ku tersenyum

Ibu …
Engkau tak tergantikan
Engkau adalah pahlawan bagiku
Andaikan ku besar nanti
Ku akan sepertimu
Selayaknya sebagai ibu
Bermuka Dua
(Dwi Retno Anggraeny, SMPN 1 Kota Bengkulu)


Bunuh!
Bunuh saja mereka
Biar dia berhenti mengikrarkan mimpi-mimpi hampa
Biar tangan-tangan lemah tidak berharap padanya

Cari!
Cari dia di balik topeng wajah tampannya!
Agar belatung-belatung di mulutnya tersembunyi

                                    Kau kupu-kupu yang robek sayapnya!
                                    Jangan kau taburkan kata-kata tak bermakna
                                    Itu, hanya akan menambah derita

Aku mual mendengar tawamu
Mataku perih menatap senyum palsu di wajahmu
Bunuh!
Bunuh saja mereka!
Biar dia berhenti mengikrarkan mimpi-mimpi hampa



Mimpiku
(Dona Rahma Fitri E, SMPN 2 Bengkulu)


Malam hari
Ku pandangi sinar bulan
Ku pandangi kerlip bintang
Udara dingin
Memebrikan kesejukan
Aku duduk diam terpaku
Merenung nasib
Bilakah roda berputar
Ku ingin seperti mereka
Hidup bagai putri raja
Ku ingin terbang bebas
Meresakan kemolekan alam




Harapan
(Dwi Retno Anggraeny, SMPN 1 Kota Bengkulu)


Ketika embun menghilang
Terhapus kelopak-kelopak mutiara
Saat matahari menyibakkan sinarnya
Namun sayang, semua kini hilang

                                    Cukup! Diam!
Aku ingin menggapai harapan
Meski ku tahu semua terlambat
Tapi salahkah?

Kapan?
Kapan embun itu kembali?
Kapan matahari bersinar lagi?
Aku menangis ...

                                    Tuhan,
                                    Bawalah aku pada harapan
                                    Agar air mataku meneduh
                                    Dan kembanglah senyum-senyum kemenangan



Petuah Lampu Kehidupan
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)



Siang khayangan di tubuh mentari
Menjadi tetes air di wajah luguku
Bumi cahaya kilauan
Beratmosfir ilmu lampu kehidupan

Petuah tut wuri handayani
Jimat ketulusan
Guru di kala lilin hidup
Guru di kala rembulan tidur

Petuah dari sang pita surya
Baju hidup kelamku
Mimpi menjadi nyata
Di kala jam dindingku yang berdetak

Intan
(Dwi Retno Anggraeny   SMPN 1 Kota Bengkulu)



Kegelapan tiba
Musnah intan-intan cemerlang
Jauh jalan antara pintu dunia dan surga
Surganya itu telah lenyap
Sebelum aku menggapainya

Aku berlari
Ku susul intan-intanku
Akan kuuntai setelah kugenggam
Ku tiup tiap kilaunya

                                    Sayang
                                    Surga telah pergi jauh
                                    Membawa intanku
                                    Dan ku tak mampu mengejarnya

Aku berikrar
Akan ku berikan separuh hati pada intanku
Agar dibawanya
Dihidupkannya dalam indahnya surga



Dunia Sajak
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)


Pupus hilang kereta Cinderella di kebisuan langit
Surya tanpa cahaya
Cahaya tanpa gerhana
Gerhana tanpa bulan
Bulan tanpa bintang
Bintang tanpa bentuk
Bentuk tanpa rasa
Rasa tanpa hati
Jadi prajurit angin Cinderella

Termangu memandang jembatan emas berotot surya
Dengan gejolak irama titik mata setiap parah
Indahnya surgaku di atas payung mainan
                       
Kasih Tuhan
(Dwi Retno Anggraeny, SMPN 1 Kota Bengkulu)



Terulur sebuah kasih
Di saat senja mulai menguning
Dan malam membawa rembulan

Kilauan anugrah Tuhan nan melimpah
Memekakkan telinga seorang insan
Cemerlangnya alam semesta
Membutakan mata-mata berkeliaran

                                    Engkau menjanjikan langit, Tuhan
                                    Engkau menjanjikan matahari
                                    Engkau juga menjanjikan derita
                                    Bagi mereka yang membunuh hak orang lain

Janjimu, pasti Kau tepati
Tapi mengapa masih banya orang yang gersang hatinya
Hampa di kelopak matanya

                                    Tuhan,
                                    Aku harus mengejarmu
                                    Kami berjanji mengindahkan rahmat-Mu
                                    Demi Engkau Tuhanku

                         

Pengemis
(Dona Rahma Fitri E., SMPN 2 Kota Bengkulu)

Hidup bagai sepatu tua
Lama tidak dipakai
Ironi
Malam kedinginan
Hidup sendiri di gubuk tua
Setiap hari pergi ke keramaian
Bukan untuk berwisata atau berbelanja
Tapi hanya untuk mencari rasa iba seseorang



           
Marah
(Andhyta Tamalisya, SMPN 1 Kota Bengkulu)



Sedikit api kecil yang membara di hati
Ku tak tahu mengapa semua ini terjadi
Kesedihan dan kemarahan yang muncul
Berdegup kencang jantungku

                                    Rasanya hal itu perih
                                    Kesetiaan dikhianati
                                    Dulunya kebaikan menjadi kebencian
                                    Segalanya telah ku lakukan
                                    Tapi semua sia-sia

Benci, kesal, marah, bergejolak dalam jiwaku
Ingin kulampiaskan semua
Semua rasa yang ada, berkecamuk dalam jiwa

                                    Tuhan ...
                                    Semakin kutahan amarah ini
                                    Semakin sakit rasa yang ada
                                    Ah ...
                                    Perih rasanya, ingin kubuang marah ini
                                    Tapi ...
                                    Tuhan ...
                                    Tolonglah aku
                                    Tuk kuat hadapi semua ini



Cinta Berhias Surya
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)



Dalam lubang suci
Ku jatuhkan cinta mentari pagi
Kapas tanda keluguan
Lambang cinta yang bertembok sulap

Cintaku bukan sembarang
Mulut busuk tercium harum Zahra
Tapi cinta pada sang wanita berhias surya
Bagai cintaku pada dewa alam
Puasa
(Andhyta Talamlisya, SMPN 1 Kota Bengkulu)


Puasa ...
Bulan untuk melatih jiwa
Rendah hati pada sesama
Menjauhi sombong dan merasa diri paling mulia

                                    Kekang nafsu dengan puasa
                                    Disiplin diri jalani aturan-Nya
                                    Bersujud hanya pada-Nya
Iman kita dicoba
Tiada pernah penyerah
Saat godaan datang melanda
Teguh berharap rahmat Allah Yang Esa
Allah Yang Maha Kuasa

                                    Allah maha mengetahui
                                    Tak seorang pun dapat sembunyi
                                    Penglihatan-Nya tak tertabiri
                                    Pengetahuan-Nya tak tertandingi

Ku mohon rahmat-Mu ya Allah
Ku mohon ampunan-Mu ya Allah
Tenteramkan hatiku, damaikan ya Allah
Tetap berada di jalan-Mu sampai akhir hayatku
                       


Ibuku
(Hendias Juniansyah, SMP N 2 Kota Bengkulu)


Engkau yang membimbing kami
Menjaga kami …
Mengasuh kami …
Dari kecil hingga dewasa
Kasih sayangmu …
Tak kan kami lupakan
Maka, jangan sekali-kali
Kita melawan kepada ibu kita
Apabila itu terjadi, kita mendapat
Dosa yang sangat besar
Dan ingat, surga di bawah
Telapak kaki ibu …
Pahlawan
(Andhyta Tamalisya, SMPN 1 Kota Bengkulu)



Dalam termenungku
Teringat besarnya pengorbananmu
Tetes demi tetes darah yang mengalir
Kau terus maju, maju ...
Berjuang demi negeri ini

                                    Tak sedikit pun rasa takut
                                    Kau terus berjuang
                                    Tak kau biarkan mereka menjajah negeri ini
                                    Tiada lelah, tiada putus asa

Pahlawanku ...
Kau semangatku
Kau panutanku
Tak kan ku lupa perjuanganmu
Begitu besar jasamu
Bagi negeri ini, bagi kita semua

                       

Sastrawan
(Hendias Juniansyah, SMP N 2 Kota Bengkulu)


Bagiku …
Engkau yang terhebat
Dan di mata
Semua orang

Karya-karyamu itu
Membuatku sangat terkesan
Di waktu kau membaca
Puisimu …

Merinding aku mendengarnya
Bulu romaku
Berdiri tegak
Bakatmu itu
Akan ku ingat selalu


Alunan Hati
(Desantia Anggraini, SMPN 4 Kota Bengkulu)


Nyanyian putri langit
Membawa hatiku ke alam keteduhan
Terngiang di pusat rindu
Terngiang di pusat takut
Peluh …
Sunyi …

Secarik surat putri langit pun
Dapat kubaca dalam kesejukan alunan
Gitar sang putri kudengar
Air mata mentari jatuh
Kini sejuk
Rindu terhapus dengan salam sang putri langit


Matahari
(Cyndy Claudia Ningsih, SMP N 3 Kota Bengkulu)


Matahari …
Engkau muncul di pagi hari
Warnamu kuning menyilau

Engkau selalu menyinari bumi
Engkau selalu menghangatkan tubuhku

Oh matahari …
Jika kau tiada
Bumi ini kan gulita
Makhluk di bumi kan binasa

Matahari …
Kau sangat berharga bagi kami

Kau laksana teman
Dalam hidupku
Di bumi ini

Oh Tuhan …
Terima kasih atas ciptaan-Mu


Pantai Nan Elok
(Maya Rachma Pertiwi, SMP N 4 Kota Bengkulu)


Laut terbentang
Ombak bergemuruh
Biru pertanda dalamnya
Angin tebarkan butiran pasir
Awan putih selimut langit

                                    Daun gugur tinggalkan tangkainya
                                    Batuan yang diam membisu
                                    Burung kembali ke sangkar
                                    Tak ingin beranjak
                                    Walau kaki telah melangkah
                                    Kenangan indah selalu ada



Bocah Licik
(Maya Rachma Pertiwi, SMPN 4 Kota Bengkulu)


Sang surya menyonsong ke arah timur
Langkah kaki beraksi
Sang bocah menyiapkan misi
Desiran hati berduri
Keramaian tempatnya
Lengkukan tangan nakal ke kepit-kepit manusia
Berharap mata tak melirik jemarinya
Keringat menyucur

                                    Degupan berdesah
                                    Ketakutan merintis
                                    Gumpalan haram di tangan
                                    Dosa berlimpah
                                    Jejak hilang
                                    Suara guram
                                    Di mana dia?
                                    Ingatkah kuasamu






Indonesia
(Indah Dewi Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)


Indonesia …
Hutanmu begitu kaya
Membuatmu jadi paru-paru dunia
Lautmu nan luas
Kaya kehidupan
Alam yang sejuk
Menjadikan kau wisata dunia
Tapi kini …
Alam Indonesia hampir musnah
Wahai manusia, rawatlah Indonesia
Tanamlah sejuta pohon Indonesia



Belas Kasihan
(Maya Rahma Pertiwi, SMPN 4 Kota Bengkulu)



Manusia tak berdaya
Menjulurkan tangan
Membelas kasihan
Meminta pertolongan
Lilitan kain kumuh di tubuhnya
Kulit mengerut
Wajah pasi
Seretan karung putih
Melewati gedung tinggi
Berjalan di garis putih

                                    Berjalan di garis putih
                                    Matahari menusuk ubun
                                    Cepakan kejam hanya bisa terdiam
                                    Sampah, katanya
                                    Jeritan yang hanya terdengar binatang kecil
                                    Hanya diam membisu
                                    Tergeletak di tumpukan tanah kering
                                    Hanya kumbang menyambangi
                                    Kejam …
                                    Melirik seakan bayangan putih yang tak tampak
                                     depannya

Situ Gintung
(Indah Dewa Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)



Situ Gintung
Tempat nan indah
Pepohonan hijau sejuk
Nelayan mencari nafkah

                                    Situ Gintung
                                    Jadi wisata kini tiada
Tangan nakal
Hancurkan semua
Tuhan murka
Manusia sengsara


Tsunami
(Indah Dewa Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)



Di pagi sunyi kau datang
Dengan mentari yang tersenyum
Di balut kemarahan
Kau buat semua bersedih

                                    Kau hempas dirimu
                                    Kau hancurkan semua yang menghadang
                                    Bahkan kau renggut semua orang
                                    Betapa marahnya engkau

Kau tenggelamkan semua
Apakah ini kuasamu Tuhan?
Kau berikan cobaan dahsyat
Mungkin kau ingin sadarkan kami

                                    Terima kasih Tuhan
                                    Atas cobaan-Mu
                                    yang tlah menyadarkan kami
                       
                       



Alam Indonesia
(Indah Dewa Utari, SMP N 4 Kota Bengkulu)


Indonesia …
Alammu yang sejuk
Jadikan kau wisata dunia
Pantaimu nan indah
Membuat dunia terpesona
Lautmu nan kaya kehidupan
Tempat nelayan mencari nafkah
Oh, Indonesia
Alam mu nan indah dan sejuk
Kini hampir musnah
Kehidupan di dunia hampir musnah
Oh manusia, rawatlah Indonesia
Jangan biarkan dunia musnah

                                                      

Melodi Cinta Kita
(Yessy Mayang Sari, SMP Sint Carolus)



Kutulis sebuah syair cinta
Bertemakan kisah kita …
Kulantunkan dengan alunan kasih sayang …
Kuiringi dengan melodi cinta ketulusan …

Kutambahkan 4 butir interlude ntuk hiasinya …
Kunyanyikan dengan tempo dan irama cinta yang tepat
Walau kadang terdengar baling
Tetap kucoba tutupi kekurangan cinta itu

Hati ini berdebar …!
Mendengar nada-nada cinta yang kau lantunkan
Ku ubah syair cinta kita,
Menjadi susunan not balok
Agar alunan cinta ini terukir abadi
Hingga kuakhiri dengan nada yang bahagia

                       



Idolaku
(Yessy Mayang Sari, SMP Sint Carolus)


Gayamu yang keren
Tingkahmu yang unik
Suaramu yang khas
Membuat raga ini jatuh hati padamu

                                    Petikan gitar yang kau mainkan
                                    Nada-nada yang kau lantunkan
                                    Terdengar begitu merdu
                                    Memberi ketenangan bagi yang mendengar

Hai, idolaku
Kapankah kita bisa bertemu?
Janjiku padamu
Kan ku teruskan perjuanganmu

                       
Tirai Kehidupan
(Brigita Sekar Laras, SMP Sint Carolus)



Kucari jawaban dalam misteri
Bak membuka tabir rahasia
Di balik tirai kehidupan ini

                                    Ketika kuraih jawaban pasti
                                    Serasa beribu gejolak ku dapati
                                    Senja dan malam tak tahan menanti
                                    Bintang berebut tempat dengan mentari

Segala lautan waktu ku arungi
Ombak ganas ku lompati
Butir kesedihan menghampiri
Biarlah hari silih berganti

                                    Sampailah aku pada pantai penantian
                                    Degup jantung terasa panas
                                    Kubiarkan tirai terbuka
                                    Tanda jawab rahasia telah tiada

Kubiarkan dia duduk manis di singgasana

Nikmat Kehidupan
(Soni Kurniawan, SMP IT Iqra Kota Bengkulu)


Sinar matahari menyilaukan
Terasa rumput penuh embun
Terdengar kicauan burung di angkasa
Sambil menghirup udara penuh nikmat

Pucuk cemara bergerak mengalun
Tumbuhan menari sambil menyanyi
Terdengar suara dendang
Sekan alam bagaikan syurga

Semilir angin kurasakan
Tanda kehidupan kudengarkan
Kicauan burung menandakannya
Nikmatnya alam yang diciptakan



Mimpiku
(Brigita Sekar Laras, SMP Sint Carolus)


Mimpi itu selalu temani perputaran roda kehidupan
Memecah gemerlap malam
Lalu aku terbangun dari gelap masa silam
Wujudkan segunung impian

                                    Akan kutorehkan kepada setiap makhluk
                                    Agar mereka tahu betapa gigihnya aku
                                    Tak kan pernah lelah
                                    Biar harus menerjang badai

Aku kan trus arungi lautan realita
Agar mimpiku jadi jadi nyata
Detak jarum jam terus bergulir
Iringi mimpiku yang mengalir

                                    Perlahan namun pasti
                                    Mimpi itu akan kupegang erat
                                    Dan tak kan ku lepas lagi
                                    Ku kan datang menanggapi mimpi itu

                       
Tembok Tua
(Anastasia Novi P., SMP Sint Carolus)


Tembok tua tak berjiwa
Terukir kisah manusia lama
yang lenyap di lorong realita

                                    Tembok tua berbalut lumut
                                    Merajut senyum terkubur cemberut
                                    di atas atap berlapis kabut

Tembok tua selalu tertegun
Beribu tahun
 tak berusaha bangun

                                    Tembok tua yang kelam
                                    Dituntut jaman untuk diam
                                    Perlahan …
                                    Kisahmu …
                                    Tenggelam …



Taburan Bintang Langit
(Syifa Alfa Rahma, SMPN 3 Bengkulu)


Saat Sang Surya
mulai tenggelam di laut
Bulan datang bersama bintang

                                                Bintang berkerlap-kerlip
                                                 mengikutiku berlari
                                                Kau temaniku saat malam gelap

                                    Berbinar-binar seperti permata
                                    Warnamu terang
                                    bagaikan lampu yang menyinari bumi







Muka Penuh Dusta
(Anastasia Novi P., SMP Sint Carolus)


Mukamu bagai penuh dusta
Tawamu sangat menjijikkan
Ingin ku maki dirimu di hadap alam semesta

                                    Kami muak dengan omong kasongmu
                                    Kami muak dengan muka dustamu
                                    Ingin ku cabik bibir tebal bau tembakau
                                    itu …

Hey kau koruptor kotor
Berhentilah menjadi ekon
Berhentilah gerogoti harta bangsa kami

                                    Buang janji dustamu
                                    Berhenti buat kami bergantung
                                    Pada semua dusta omong kosongmu

Jangan jadi belatung penggerogot bangkai
Aku bukan bangkai, tapi kau menjadikan ku seperti
bangkai …
Berhenti berdusta …
Berhenti kau berdosa …



Sunyi Sepi
(Venny, SMPN 6 Kota Bengkulu)


Saat diriku berdiam
Suara alunan syair yang indah
Mendengar syair yang dinyanyikan
Mendengarnya aku merasa tenang

                                                Kata-kata yang tulus
                                                alunan melodi yang merdu
                                                ku merasakan kebahagiaan
                                                suara itu rasa teringat sahabatku




Tanda Kiamat
(Annisa Biancika Jasmine, SMP N 1 Kota Bengkulu)

                  
Tak sadarkah engkau?
Jika kiamat telah mengejar
Kiamat berlari mendekat
Kau masih terseok-seok

                                    Para pemuka agama di dunia akan mati
                                    Para koruptor meraja lela
                                    Orang-orang sesat menyebar luas
                                    Dan hujan air mata mulai membanjiri

Kita masih jalan merangkak
Dimana kulit bumi mulai terkelupas
Benda langit berjatuhan
Laut marah dan murka
Alam tak lagi bersama kita
Ooohh …
Dimana lagi kita bersembunyi
Jika Tuhan telah murka

                                    Wahai manusia
                                    Sadar! Sadarlah!
                                    Jika Tuhan telah murka
                                    Kau layaknya debu tak berguna

Rembulan Kelabu
(Syifa Alfa Rahma, SMPN 3 Bengkulu)


Rintik hujan di malam kelabu
Temani sang bulan tanpa hadir bintang
Hanya suara gemerincing lonceng
Temaniku ...

                                    Langkah lelah layu
                                    Melangkah tiada arti
                        Penat hati tiada tara
                        Temani lamun di malam sepi

Detik berlalu tanpa temu bintang
Karena hilang tertutup awan
Hati terasa terbang melayang
Hilang dibelah kesunyian
Anak Punk
(Dwi Chika Murni Ananda P., SMP N 3 Kota Bengkulu)


Panas …
Hujan …
Peluh …
Penat …

Segudang harapan ada pada pikirannya
Cita-cita serta harapan tergantung di pundaknya
Tanpa membebani orang tuanya

Anak punk orang menyebutnya
Mereka tak hiraukan hasap, debu, lapar, serta panasnya jalanan
Yang mereka mau kebebasan, BEBAS

Cita-citamu pasti ada
Sampai kapan kau simpan?
                       

Tumbuhan Hijau
(Zefrizon, SMPN 18 Kota Bengkulu)


Indah
Bersinar
Memerlukan makanan

Tumbuhan disinari matahari
Diselimuti embun hasil transpirasi
Di pagi hari yang cerah
Tumbuhan hijau
Bergoyang-goyang
Sambil tersenyum manis

Di tumbuhan hijau
Klorofil mengeliat hijau dedaunan
Hasil berfotosintesis

Jagalah hijauku
Karena ekosistem berlaku sebagai produsen
Berlaku sebagai penghasil

Hijau alamku, berseri, lestari
Mari teman semua ... reboisasikan tumbuhan hijau
Tuhan
(Fasuita Ferel R, SMPN 19 Kota Bengkulu)


Esa. Itu sifat-Mu
Pencipta semua yang ada di muka bumi

                          Tak ada dunia
                          Tak ada kehidupan
                          Tanpa kehendak-Mu

Kun Fayakun
Cukup kata itu yang Kau ucapkan
Maka terjadilah segala hal yang Kau inginkan

                                    Aku sadar
                                    Aku sering melupakan-Mu
                                    Tapi tolong ya Tuhan kami
                                    Berikan kesempatan bagiku
                                    Untuk berubah menjadi
                                    Umat yang lebih baik
                       

Bunda
(Ranthi Nov Pratiwi, SMPN 18 Kota Bengkulu)


Bunda,
Engkau cantik bagai bulan purnama
Engkau lembut selembut sutra
Engkau mulia bagai intan permata

                                                Bunda,
                                                Walau perkataanmu menusuk hati
                                                Aku tahu itu amat berarti
                                                Untuk masa depanku

Tanpamu ...
Aku takkan bisa menjadi seperti ini
Walau bukan hanya ini yang kau impikan
Tapi, kucoba untuk wujudkannya
                        Terima kasih bundaku
                        Darimu aku lahir
Darimu aku belajar untuk jadi yang terbaik